Perjuangan Neng Yuli untuk Memikat Hati Dewan Juri Mustika Ratu dan DreamCoID, sehingga Bisa Mengajak Mama Umroh Bareng ke Baitullah
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Sebelum menuju
kisah saya yang bisa mengajak Mama umroh bareng ke Baitullah, izinkan saya
menceritakan histori pribadi dan keluarga saya terlebih dahulu ya :D
Nama lengkap saya
Yuliana Sari, S.Pd., orangtua memanggil saya dengan nama Neng, sedangkan
teman-teman sekolah ada yang memanggil dengan nama Neng, ada pula yang
memanggil dengan nama Yuli. Saya adalah anak kelima dari tujuh bersaudara. Banyak
yang menyangka saya masih berumur 22-23 tahun. Saya lahir di Jakarta, 8 Juli
1989, suku Sunda dari Bapak dan Betawi dari Mama, namun hanya mahir bahasa
Indonesia dan Inggris karena orangtua lebih memilih berbahasa Indonesia di
rumah keseharian sejak saya kecil. Kami sekeluarga pindah ke Kota Palu,
Provinsi Sulawesi Tengah (1994), karena Bapak mengikuti program Transmigrasi di
tahun tersebut sejak saya belum bersekolah. Sehingga saya mengenyam pendidikan
SD hingga lulus S1 di Palu.
Dengan riwayat
pendidikan:
- SD : SDN 3 Inpres Tondo Palu (1995-2001)
- SMP : SMPN 19 Palu (2001-2004)
- SMA : SMAN 5 Palu (2004-2007)
- S1 : Universitas Tadulako (Untad) Palu, Program Studi Pendidikan Fisika FKIP (2007-2012)
- S2 : Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Program Studi Pendidikan IPA (2013-sementara menyusun tesis)
Sejak lulus
dari Prodi Pendidikan Fisika FKIP Untad Palu di tahun 2012, saya langsung
diterima menjadi guru honorer Fisika di SMA Karuna Dipa Palu selama setahun
hingga tahun 2013. Gaji bulan pertama langsung saya berikan untuk Mama
tercinta, bulan kedua langsung saya belikan ponsel baru. Penghasilan terbesar
saya dapatkan dari hasil menjadi guru privat atau les ke rumah-rumah siswa.
Hasilnya saya tabung untuk merencanakan biaya awal untuk melanjutkan S2, dengan
kampus tujuan ITB dan UPI di Bandung. Dengan tabungan tersebut saya bisa
membeli tiket pesawat PP Palu-Jakarta untuk mengikuti Tes Potensi Akademik
(TPA) di Bappenas Jakarta sebagai syarat berkas pendaftaran mahasiswa S2 di
ITB, dilanjutkan keesokan harinya tes Bahasa Inggris di Balai Bahasa ITB. Di
hari lain, saya mengikuti tes Bahasa Inggris dan TPA di Pascasarjana UPI yang
juga sebagai syarat pendaftaran S2 di UPI.
Ada kisah
dilema saat saya memilih atau memutuskan kampus tujuan S2 saya. Untuk
mendapatkan beasiswa S2, saya juga mengirimkan berkas pengajuan Beasiswa
Pendidikan Pascasarjana Dalam Negeri (BPPDN) DIKTI (2013), yang di tahun
sebelumnya dikenal dengan Beasiswa Unggulan (BU) Dosen dan di tahun sekarang
dikenal dengan singkatan BUDI (Beasiswa Unggulan Dalam Negeri).
Akhirnya saya
diumumkan lolos S2 di UPI dan juga di ITB (2013), sayangnya karena UPI mengumumkan
lebih dulu, maka saya membayar SPP duluan di UPI saat melakukan pendaftaran
ulang dan tidak memilih ITB. Pembayaran SPP tersebut dipinjamkan oleh dosen
saya yang paling baik hati di Palu, dan saya menggantinya dengan uang beasiswa
yang cair di semester 2. Padahal saat itu saya juga lolos berkas beasiswa PMDSU
(Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul yang bisa langsung S3
di ITB. Dengan berbagai pertimbangan dosen yang mempromosi saya, pada akhirnya
mereka menyarankan untuk tetap memilih kuliah di UPI, maka saya menolak secara
baik-baik Bapak Profesor ITB yang ingin mewawancarai saya, dengan kata lain
saya menolak kesempatan beasiswa S3 di ITB. Selain karena pertimbangan dari
dosen tersebut, karena juga saya tidak memiliki dana sama sekali jika harus
membayar uang SPP lagi di semester pertama di ITB, sebab di UPI saja saya baru
saja meminjamnya dari dosen saya. Intinya UPI atau ITB sama-sama kampus terbaik
di Bandung, hanya saja UPI selinear dengan pendidikan S1 saya yaitu pendidikan,
sedangkan ITB lebih ke ilmu sains murni. Takdir membawa saya untuk lebih
memilih menekuni kependidikan lebih mantap.
Beasiswa BPPDN
ini adalah beasiswa calon dosen, dengan kata lain lulusan S2 ini diharuskan
menjadi dosen-dosen terbaik yang menyebar di kampus-kampus seluruh Indonesia.
Doakan ya semoga saya bisa menyelesaikan tesis di bulan April 2017 ke depan dan
semoga ke depannya menjadi dosen profesional aamiin.
Oke, mari kita
lanjut ke topik utama, “Dari mana sih saya mengetahui informasi hingga
mengikuti ajang #UmrohBarengIbu, #UmrohMustikaRatu? Alhamdulillah, saat itu Tim
Dream.co.id yang merupakan partner Mustika Ratu di event ini menjadi penyelenggara dua (2) event umroh, salah satunya
ya event Umroh Bareng Ibu ini. Keduanya
saya ikuti dan informasinya saya dapatkan dari sahabat saya di facebook dan juga melalui official instagram @dreamcoid dan @mustikaratuIND. Terus terang saya adalah
gadis pemburu hadiah melalui berbagai kontes foto dan menulis, baik itu menulis
esai, karya ilmiah, maupun blog. Saya lebih mengutamakan hadiah berupa paket
perjalanan traveling, tiket pesawat dan perjalanan ke tanah suci. Alhamdulillah
baru kali ini kesampaian hadiah ke tanah suci gratis, dan ini adalah hadiah
terbesar atau pencapaian terbesar dalam hidup saya, apalagi bisa mengajak Mama
sekaligus, Masya Allah!
Lantas pengorbanan apa saja, hingga
saya bisa menuju babak (tahap) akhir? Saya sudah mengetahui kompetisi ini sejak
awal, namun saya terus menunda diri mengikutinya. Terus terang saya sedikit agak
cuek mengikutinya di awal karena saya berpikir akan repot dan mustahil bisa
mengikuti seluruh peraturan yang ada di TNC (timeline), karena harus membuat
video bersama Ibu jika lolos menjadi 30 finalis. Ya, karena kan Mama saya ada
di Palu, hufftt... kejauhan dari Bandung. Pikiran saya pun terfokus dengan
masuknya saya menjadi 100 semifinalis di kompetisi umroh lain yang diadakan
Dream juga. Saya berpikir “Oh… cuma testimoni tentang Ibu, bisa lah ikut di
detik-detik terakhir aja”. Yup benar, kecuekan saya hampir saja kesempatan
mendapatkan 2 tiket umroh itu raib :D , saya hampir aja terlambat menuliskan testimoni
tentang Ibu di tanggal 16 Desember sebelum deadline tanggal 19 Desember 2016.
Tidak lupa saya juga mengikuti aturan untuk like
Facebook Fanpage Dream.co.id dan Mustika Ratu, dan follow twitter serta official
instagram @dreamcoid dan @mustikaratuIND.
Saya berpikir,
“ikut aja dulu lah, kepilih atau enggaknya itu urusan belakang. Tapi takut juga
ya kalo kepilih, gimana bikin video bareng Mama?”. Mau ikut aja galau dulu di
awal, karena saya mengikuti apapun harus dengan niat besar, perencanaan matang
dan berpikir pasti menang. Sebab percuma ikutan jika saya berpikir dari awal tidak
akan mampu melalui tahapannya, dengan kata lain percuma ikutan kalau diri ini
yakin kalah. Namun, jiwa optimis memang selalu ada dalam diri saya sejak kecil.
Makanya, meskipun belum menang ajang ini pun, saya sudah berpikir menang dan
kesulitan apa yang harus saya tanggung jika saya menang nanti menjadi 30
finalis.
Berikut
testimoni pertama saya di tanggal 16 Desember:
“Terima kasih Mama, Mama rela banting tulang
menjadi buruh cuci baju tetangga, menjahit, berjualan keliling sekolah/kampus/komplek
rumah untuk membantu Bapak membiayai makan dan sekolah ketujuh anaknya. Saya
kangen banget sama Mama, ingin melihat kerutan di wajahnya, menyalami
tangannya, memeluknya dan mencium kedua pipinya. Sudah lama saya meninggalkan
Mama demi melanjutkan studi. Dalam telepon, Mama selalu mengatakan, “Kapan ya
Mama bisa umroh atau naik haji?”. Semoga Insya Allah secepatnya aamiiin.”
Karena, adanya
perpanjangan deadline menjadi tanggal 31 Desember 2016, maka saya membuat
beberapa testimoni lagi di tanggal 30 Desember 2016.
Eng ing eng..
akhirnya saya lolos juga menjadi salah satu 100 finalis hihi…
Alhamdulillah,
meskipun kepala udah puyeng mikirin gimana ending-nya
nanti hahaha. Alhamdulillah baru 100 besar dan belum 30 besar. Malah saya
berharap semoga gak lolos 30 besar jika itu hanya membuat saya pusing atau
rugi, jika saya harus membelikan Mama tiket pesawat tapi ternyata kalah juga
akhirnya. Dilemaaaa kan? :’(
Berikut
testimoni terakhir saya yang dipilih menjadi salah satu 100 testimoni terbaik
oleh Juri dari Tim Dream dan Mustika Ratu, yang Alhamdulillah menjadikan saya
sebagai 100 semifinalis di ajang ini yang diumumkan tanggal 4 Januari 2017:
“Saya telah mengikuti berbagai kompetisi berhadiah
umroh untuk ibu, namun belum pernah beruntung. Semoga kali ini Allah memberikan
kesempatan bagi saya untuk menang & mengajak mama umroh bareng aamiin.
Terima kasih kepada tim Mustika Ratu dan tim Dream yang telah menyelenggarakan
event masya Allah ini. Semua anak bisa berlomba-lomba mengutarakan isi hatinya
tentang sosok Pahlawan dan Bidadari yang sangat dibanggakannya, dan
berlomba-lomba menyenangkan hati ibunda kami. Masya Allah, terima kasih.”
Profil Yuliana Sari, Galeri Foto dan Testimoni Tentang Ibu |
Informasi
kemenangan menjadi 100 semifinalis itu diumumkan oleh Pihak Dream melalui email
dan SMS. Setelah itu saya berjuang lagi membeli produk Mustika Ratu
masing-masinng 1 (satu) produk dari 3 (tiga) kategori yaitu Slimming Series,
Zaitun Series, dan CC Cream. Diwajibkan pula kepada seluruh peserta untuk meng-upload bukti struk pembelian ke email
panitia. Saat itu, saya membeli produk Slimming Tea, Slimming Gel, Minyak
Zaitun Olive Oil dan CC Cream varian Brightening, secara online melalui
Elevenia. Tahap ini diakhiri dengan meng-upload
foto saya bersama keempat produk Mustika Ratu tersebut ke microsite
umrohmustikaratu.dream.co.id dan instagram-ku @yulianasari.mpd dengan hashtag
#UmrohBarengIbu #UmrohMustikaRatu dan mention
Official Instagram @mustikaratuIND
dan @dreamcoid selambat-lambatnya tanggal 12 Januari 2017. Saya mengambil latar
foto sederhana di salah satu meja makan resto di Ciwalk Mall Bandung dengan
menggunakan ponsel pribadi saya, itupun selfi dengan kamera belakang bukan
kamera depan, agar tulisan produk Mustika Ratunya tidak terbalik, hihihi,
gimana ide gokil saya ini? Sedih ya semua serba sendiri, sebelum menikah dengan
aa Madi. Coba dia sudah ada di samping, pasti saya minta tolong ke Aa Madi
hehe. Sampai di tahap ini, alhamdulillah saya merasa lega karena telah melakukan
tugas sempurna, meskipun saya melihat beberapa foto dari peserta lain juga begitu
indah dan memikat.
Setelah kurang
beruntung menjadi 10 finalis dari salah satu ajang kompetisi berhadiah umroh
yang diadakan Dream juga, saya berharap bisa lolos menjadi 30 finalis di ajang
kompetisi umroh bareng ibu dari Mustika Ratu ini. Saya selalu berpikir positif
kepada Allah, meskipun saya gagal di satu pintu, Allah masih memberikan
kesempatan bagi saya di pintu lain, bahkan masih begitu besar kesempatan saya
untuk membahagiakan Mama Tercinta. Anehnya, besarnya rasa harap untuk menjadi
pemenang sama besar dengan rasa khawatir saya untuk membuat video bersama Mama
yang jauh di mata, hahaha.
Astagfirullah,
eh Masya Allah, saya akhirnya ditelepon panitia Dream, yang menginfokan bahwa
saya lolos menjadi 30 Finalis di tanggal 16 Januari 2017.
Ya ampun…
perasaan bahagia dan lemes menjadi satu, mikir, “Bagaimana buat videonya?
Bagaimana mendatangkan Mama ke Bandung? Bagaimana kalau saya yang pulang ke
Palu?”. Takutnya, kalau 30 finalis WAJIB buat video bareng Ibunya
masing-masing, wajib berarti gak ada ‘dispensasi’ apapun. Ya gimana gak pusing,
soalnya saya sedang kuliah S2 di Bandung, sedangkan Mama saya saat itu di Palu.
Namun, di profil pendaftaran kompetisi ini, saya mencantumkan Kota Palu sebagai
Kota Asal saya, harapannya bisa membawa nama Palu lebih baik dan menjelaskan
bahwa saya besar dan menempa pendidikan lebih banyak di kota tersebut.
Eh.. belum
curhat masalah perbedaan lokasi saya dan Mama, via telpon Mba dari Dream udah
menawarkan lebih dahulu kemudahan untuk merekam video bareng orang lain sebagai
pengganti atau yang mewakili sosok Ibu kita, seperti Bibi, Kakak, atau saudara perempuan
saya lainnya. Ditambah lagi karena panitia sudah melihat lokasi yang saya
cantumkan di profil atau akun saya, bahwa saya berasal dari Kota Palu, maka
panitia menanyakan kesediaan saya apakah saya bisa menghadiri acara Grand
Awarding di Plaza Senayan tanggal 21 Januari 2017. Kira-kira begini percakapan
kami:
Dream : Ini dengan Mba Yuliana Sari?
Saya : Iya benar.
Dream : Kami
dari Dream, ingin menginfokan bahwa Mba Yuliana Sari terpilih menjadi 30
finalis Umroh Bareng Ibu Mustika Ratu.
Saya : Alhamdulillah
ya Allah. Jadi gimana?
Dream : Iya,
mba Yuli kan dari Palu ya?
Saya : Saya
kuliah di Bandung, tapi Mama saya di Palu.
Dream : Oh
gitu. Iya, Mba Yuli bisa gak buat video kebersamaan dengan produk Mustika Ratu,
mungkin dengan Bibi, Saudara atau Kakak yang ada di Bandung?
Saya : Oh
boleh kah Mba? Iya soalnya dari dulu ini yang saya takutin.
Dream : Iya
boleh, yang mungkin seumuran dengan Ibunya Mba.
Saya : Iya
bisa Mba. (saya bingung, karena saya gak punya siapa-siapa di Bandung, apalagi
Bibi hihi, tapi tetep menyanggupi tugas ini)
Dream : Apakah
Mba Yuli bisa menghadiri Grand Awarding di Plaza Senayan Jakarta hari Sabtu
nanti? Sebab jika tidak membuat video dan tidak bisa menghadiri acara tersebut,
maka kami menganulir atau mencari pemenang pengganti.
Oh tentu saja
saya dengan mantap menjawab,
Saya : Saya
siap memberangkatkan Mama saya dari Palu ke Jakarta untuk menghadiri acara
tersebut, ya saya menyanggupinya. Saya senang sekali kalau dibolehkan merekam
video bersama orang lain.
Dream : Oke
Mba, jadi bisa ya. Terima kasih ya Mba.
Saya : Iya
bisa. Terima kasih kembali Mba.
Saya menunggu pengumuman resmi via microsite dan juga email di sore ini, baru saya bertindak langkah
selanjutnya. Hanya ada 3 hari yang diberikan panitia untuk membuat video
kebersamaan bareng ibu dengan produk Mustika Ratu, yaitu 16-18 Januari 2017.
Saya langsung menghubungi dan janjian dengan videographer kenalan melalui instagram, yang saya bayar jasanya
sebesar Rp. 500.00,- untuk merekam dan mengedit video saya sekaligus, dimana
saya harus mencari wanita/ibu-ibu sebagai pengganti sosok Mama saya,
menciptakan sendiri ide cerita, lokasi, skenario, menyiapkan sisipan rekaman
suara (backsound).
Ketika saya mencari-cari sosok ibu di tetangga sekitar, saya
mendapatkan bantuan dari Ibu tetangga yang kesehariannya menjual gorengan dan
nasi kuning, sama seperti pekerjaan Mama saya sejak saya kecil. Ibu itu
mengantarkan saya ke beberapa rumah sahabatnya untuk menanyakan siapa yang mau
membantu saya menjadi model, karena Ibu itu tidak berjilbab dan merasa tidak
mampu berakting, hehehe. Karena tidak ketemu, saya memutuskan Ibu penjual
gorengan itu saja yang membantu saya, daripada tidak ada sama sekali.
Eh, tidak ada yang kebetulan, semua atas izin Allah, tiba-tiba
muncul Ibu-ibu yang ditugaskan menagih uang kebersihan ke rumah-rumah warga,
Ibu ini adalah mantan Ibu RT dan dipanggil Ibu Ubeh. Ibu inilah yang sanggup
atas permintaan tolong saya, untuk membantu saya menjadi sosok ibu di video
Mustika Ratu. Di sore tanggal 16 Januari itu, kami janjian shooting tanggal 17-18 Januari pagi di saat deadline, sambil saya memikirkan ide cerita video terlebih dahulu.
Karena kesibukan fotografernya, maka kami baru bisa shooting di tanggal 18
Januari.
Terus terang saya terinspirasi dari video Mba Puput salah satu
finalis, karena dengan gerak cepatnya meng-upload
video di malam hari tanggal 16 Januari, membuat saya terpana dan terharu karena
ia menampilkan realita pekerjaan ibunya sebagai butani (eh petani) di sawah. Sound-nya sangat menyentuh hati, akting bundanya sangat mengharukan, dan menunjukkan anak yang ikhlas membantu bundanya di sawah. Sehingga, yang tadinya saya ingin membuat video biasa-biasa saja, menjelaskan fungsi
berbagai produk Mustika Ratu secara panjang lebar bersama Mama sambil minum
Slimming Tea, berubah menjadi kepikiran menampilkan realitas kehidupan atau
pekerjaan saya dan Mama sehari-hari sejak saya duduk di bangku SD hingga
sebesar ini.
Berangkat dari situlah saya sesegera mungkin menyusun skenario,
merekam suara untuk disisip ke video dan menyiapkan segalanya. kemudian
menceritakan jalan cerita ke Ibu penjual gorengan, agar saya membeli beberapa
gorengan miliknya, kalau gak salah sekitar Rp. 20. 000,- dapat 30 potong bakwan
dan tahu isi, sekaligus meminjam kotak penyimpanan, kantong plastik dan
penjepit kue hahaha. Berkat kerjasama yang hebat antara saya, videografer (Kang
Tgyl), Ibu Ubeh, Ibu penjual gorengan, alhamdulillah penyampaian ide cerita
melalui pembuatan video tersebut berjalan lancar. Saya juga memberikan sedikit
uang senilai Rp. 100.000,- sebagai imbalan atas jasa Ibu Ubeh yang mau
berakting menjadi Ibu yang Baik meskipun hanya dalam video semenit saja :D .
Kang Tgyl membantu mengedit video tersebut dari siang hingga malam
hari, dan saya berhasil menguploadnya ke instagram pribadi saya pada pukul 22.00
WIB, 18 Januari 2017 sesuai dengan peraturan deadline.
Untuk video, mengapa saya memanggil fotografer handal untuk merekam?
Karena saya ingin menciptakan video dengan paket lengkap, tidak hanya dari segi
ide ceritanya yang kreatif dan orisinil, isi yang bermakna dan menginspirasi
bagi siapa yang menontonnya, tapi juga wajib memiliki tampilan yang ciamik dan
jernih tentunya. Karena ketika ide ceritanya bagus tapi kameranya blur, atau
sebaliknya ketika ide ceritanya kurang bagus tapi direkam dengan kamera profesional,
maka hasil keduanya tidak akan memuaskan. Maka dari itulah saya rela membayar
fotografer handal, karena apalah daya saya hanya punya kamera ponsel biasa, dan
saat itu teman-temanku sibuk semua dengan kesibukannya masing-masing, maka saya
membutuhkan orang lain yang merekam video kami. Tidak mungkin saya merekam
video diri sendiri (selfie) seperti saya melakukan selfie di tahap upload foto dengan produk Mustika Ratu hihi :D lol.
Berhubung transportasi ke Jakarta ditanggung oleh masing-masing finalis,
keesokan harinya tanggal 19 Januari, saya langsung memesan tiket Palu-Jakarta
untuk Mama dan Bapak saya, sebab Mama saya harus bepergian dengan Makhromnya.
Biaya tiket pesawat termurah di tanggal itu sekitar Rp. 1.400.000,- untuk 2
orang, plus memberi uang saku mereka Rp.500.000,-. Mama dan Bapak saya lalu
menginap di rumah Bibi saya yang juga dulunya adalah kampung halaman saya, di
Jl. Warakas, Tanjung Priuk, Jakarta Utara, malam itu juga. Sesuai permintaan
Bapak, agar mereka tidak terlalu kecapek-an, bisa beristirahat sehari di
tanggal 20 Januari, sehingga bisa lebih fit di tanggal 21 Januari hari Grand
Awarding tersebut.
Ada percakapan yang lucu dari Bapak saya, seperti ini hehehe..
Saya : Pak, neng beliin tiket ya ke Jakarta,
bilangin Mama biar cepet pulang ke Palu.
Bapak: Gini aja Neng, Pastiin dulu kalau menang
umroh, baru Mamanya ke Jakarta.
Saya :
Hahahaha (tertawa).. masa begitu, kan selama di sana masih mau dinilai juri,
masih ada challenge atau tes
selanjutnya, dan belum diketahui pemenang utamanya, semuanya dinilai juri
dadakan dan dibuat penasaran, pengumuman pemenang baru ketahuan pas di sana
Pak.
Tadinya, Mama dan Bapak saya ogah-ogahan untuk datang ke Jakarta,
karena waktunya sangat terburu-buru. Mama kebetulan sedang berlibur di kampung
kakak saya di Majene Sulawesi Barat, sedangkan Bapak lagi mengerjakan jahitan
pelanggannya. Malah sampai ada SMS Bapak yang mengatakan, “Neng, Mamanya repot,
jadi gagalin aja, biarin gak usah umroh dan gak usah pesan tiket sekarang.
Nanti aja lebih baik uangnya kumpulin aja”.
Ya Robbi, saya disuruh berhenti dan gagalin rencana :( . Sempet sedih dan bingung juga.
Padahal video sudah diupload, kan jadi sia-sia. Saya sedikit memaksa dan
memohon untuk menghargai usaha saya untuk membahagiakan Mama, Alhamdulillah akhirnya
mereka mau juga ke Jakarta demi anaknya yang imut ini hihihi.
Di hari H, Grand Awarding tersebut, saya berangkat menggunakan mobil
travel menuju Kelapa Gading, yaitu lokasi yang paling dekat dengan Tanjung
Priuk, sehingga kedua orangtua saya lebih mudah menghampiri saya. Biaya mobil
travel yang saya keluarkan sebesar Rp. 210.000,- untuk bolak-balik
Bandung-Jakarta. Lalu kami menggunakan Grab Car dari Kelapa Gading menuju XXI
Lounge Plaza Senayan dengan hati riang gembira, karena akhirnya saya bisa
melepaasss rindu kepada Mama dan Bapak saya, gak papalah meskipun saya harus
keluar duit lagi sekitar Rp.170.000,- untuk 2x order grab car hahaha.
Jadi benar yang dikatakan host, Kak @veveadeline saat pengumuman
pemenang yang mendebarkan dan penuh haru tersebut. Bahwa sebelum mendapatkan
hadiah luar biasa ini, sudah begitu banyak uang yang terkuras, ya… demi
membahagiakan Mama, apapun saya lakukan, dan Alhamdulillah karena ada sedikit
tabungan saya, sehingga saya bisa merencanakan segalanya atas izin Allah. Berikut video penampilan saya dan Mama saat menampilkan Video Inspiratif saya di depan para Juri dan Hadirin.
Cukup banyak foto wefie bersama
Mama dan Bapak, selama di lokasi pemberhentian mobil travel, di dalam mobil
selama perjalanan dan juga pastinya di depan pintu XXI Lounge Plaza Senayan
hehehe. Selama perjalanan, banyak yang mengira kami sekeluarga habis pulang
umroh/haji, kami tertawa bahagia lalu mengaminkan saja.
Video yang saya buat bersama Kang Tgyl dan Ibu Ubeh hanyalah sedikit
cuplikan realita kehidupan kami yang penuh haru dan pengorbanan, jika dijelaskan
secara panjang lebar, mungkin akan terbuatlah 1 (film) khusus tentang “Mahasiswi
Penjual Gorengan Ajak Mama Pergi Umroh” atau “Anak dan Ibu Penjual Gorengan
Berangkat Umroh”, hehehe.
Sudah ada feeling kalau video
saya lumayan bagus dan pasti video saya masuk dalam jajaran video terbaik, tapi…
saya mengidolakan video milik peserta lain yaitu Mba Intan Nafiah. Videonya-lah yang
saya anggap akan menjadi pemenang utama, saya merasa video saya masih jauh di
bawah video dia. Dan benar, saat grand
awarding, banyak juri yang terpukau melihat videonya yang ciamik, dan saya
mengakuinya sejak awal. Backsound yang berbobot dan sangat indah, kejernihan video profesional yang tiada tandingannya, lattar dan ide cerita yang berbeda dari yang lainnya, membuat saya terpesona hehehe :*
Saya sudah menduga, jika ada event pencarian “Tersosmed”, “Best Socmed”,
“Teraktif di Sosmed” atau “Ternarsis”, itu pasti saya menang! Kalau ini saya
gak sombong dan gak ragu, karena memang ini adalah keahlian saya hehe. Soalnya
saya sering mendapatkan gelar tersebut, seperti “Ternarsis” di kelas S2 saya
dan “Terbanyak Post/Like/Comment” di beberapa kontes giveaway di facebook dan instagram.
Yuliana Sari, Pemenang Best Socmed Grand Final Umroh Mustika Ratu Bareng Ibu 2017 |
Salah Satu Foto Eksis Yuliana Sari dengan Produk Olive Zaitun Body Soap Mustika Ratu |
Saya juga menduga ketika Panitia Dream memanggil nama saya sebagai
“Best SocMed” ke atas panggung, itu serasa biasa saja, “serasa ada yang
kurang”. Karena saya sama sekali gak merasa surprise,
mungkin karena sudah sering dapat gelar itu dan sudah menduga dalam hati. Dan
saya berpikir, berarti nama saya tidak akan disebut untuk kedua kalinya sebagai
Pemenang Utama, Pemenang Umroh. Saya disitu sudah merasa “loser”, dan berpikir “daripada gak menang sama sekali? Mending
dapat Best Socmed lumayan” hihi :D.
Nah, yang sama sekali tidak terduga adalah keberhasilan video saya
menarik relung hati dewan juri. Meskipun itu yang saya harapkan, saya masih ada
ketakutan kalau juri “tidak akan fear”
dalam menilai, seperti hanya menilai video yang profesional, peserta lebih
cantik mendapatkan poin tertinggi, selera juri susah ditebak bisa saja video
biasa-biasa saja di mata juri luar biasa, atau memberikan poin lebih hanya
untuk video yang lebih banyak menjelaskan fungsi produk Mustika Ratu, dan
ketakutan lain sebagainya. Berikut video detik-detik pengumuman Pemenang Utama Umroh Mustika Ratu, Umroh Bareng Ibu 2017. Maafkan saya, wajah saya dan Mama super mewek, air mata banjir bandang, dan make up berantakan hehe :D :D. Maafkan juga kalau videonya kebalik penampilannya, karena kesalahan posisi kamera ponsel yang merekam :D . Terima kasih buat Adik Rizka Septiara yang sudah jadi sukarelawan merekam video penuh haru ini. :* :* .
Ya Allah, ternyata… jurinya sangat bijak, baik, dan pastinya
profesional, MENILAI APA YANG SAYA HARAPKAN UNTUK DINILAI dan MEMIKIRKAN APA
YANG SAYA PIKIRKAN, yaitu memenangkan saya sebagai peserta dengan video paling
inspiratif, memperlihatkan perjuangan luar biasa terhadap kompetisi Umroh
Bareng Ibu ini dari babak awal hingga sampai ke babak akhir, memperlihatkan
perjuangan luar biasa kehidupan saya bersama ibu sedari saya kecil hingga
sedewasa ini. Pelajaran yang diambil dari video inspiratif saya adalah, berkat
jasa dan pengorbanan Mama mencari nafkah dengan menjual nasi kuning dan jajanan
gorengan inilah, anaknya yang imut ini bisa mendapatkan beasiswa pendidikan
magister di Bandung. Dan syukurlah video saya juga tidak mengecewakan juri dari
segi hasil tangkapan kamera sang Fotografer Bandung yang handal hehe,
Alhamdulillah.
Meskipun saya selalu optimis untuk menang, saya juga tidak mau
tampak sombong dan congkak di hadapan Allah dan makhluk Allah. Saya selalu
berpikir apapun bisa terjadi, bisa jadi saya kecewa berat karena kalah, bisa
jadi pula saya pemenangnya. Di detik-detik pengumuman, saya merasa pasrah, fifty-fifty antara keyakinan menang dan
ikhlas untuk kalah. Saya takut dengan kesombongan itu, rejeki jauh dari saya, misal
saya kalah, kemudian saya kecewa karena telah banyak pengorbanan yang saya
lakukan. Maka saya tidak akan dapat apapun, sudah rugi, kalah, keberkahan pun
hilang karena kesombongan dan ketidak-ikhlasan.
Dari kompetisi ini saya mengambil pelajaran berharga, untuk tidak
menyombongkan diri dalam situasi apapun, meskipun kita yakin menang.
Sebaliknya, kita juga tidak boleh pesimis meski dalam situasi kemungkinan kecil
untuk menang. Setelah berusaha, berdoa, optimis, semangat, lalu pasrahkan
segalanya, siap menjadi pemenang dan siap menjadi yang kalah, harus ikhlas,
ikhlas dan ikhlas.
Saya merasa kemenangan ini karena doa ibu yang begitu keramat,
begitu ampuh menembus langit-langit Allah. Allah mengijabah doa Mama untuk
beribadah ke tanah suci. Allah juga mungkin mengijabah doa sahabat-sahabat saya
di dunia maya yang ikut mendoakan, mendukung dan ikut bahagia ketika saya
mengumumkan diri sebagai pemenang.
Saya sangat senang bisa menginspirasi sahabat dunia maya dan dunia
nyata, memperlihatkan kegigihan saya sebagai seorang anak kurang mampu untuk
mendapatkan hadiah Umroh Bareng Ibu ini, Alhamdulillah.
Oiya, izinkan
saya untuk selingi cerita tentang background
kedua orangtua saya ya, kebetulan pernah ada panitia dan wartawan Dream yang
bertanya kepada saya tentang hal ini.
Bapak saya
bernama Abdul Rohim, beliau kira-kira berumur 65 tahun. Bapak lulusan STM
dengan studi/keahliannya di bidang Pelayaran, Permesinan Knalpot dan Menjahit
Pakaian. Di awal transmigrasi ke Palu (1994), Bapak melakukan kegiatan Pelayaran
dan Usaha Knalpot. Namun, karena tidak berkembang, Bapak langsung banting setir
menekuni bakatnya dalam menjahit pakaian. Bapak lebih sering bekerja sendirian
di rumah, lalu banyak pelanggan yang datang menjahit pakaiannya ke rumah kami.
Namun tidak jarang Bapak menjahitkan baju untuk ‘perusahaan dengan merk tailor’
tertentu. Bapak saya sangat profesional dalam menjahit setelan jas, kemeja,
pakaian wanita, tas, dan lain sebagainya. Bahkan di usianya setua ini, beliau
masih mampu menjahit pakaian. Kami anak-anaknya diturunkan ilmu jahit juga
olehnya, Kakak nomor dua dan Kakak nomor empat saya juga memilih profesi
penjahit sebagai profesi utama mereka yang cukup menjanjikan. Sedangkan saya
baru sedikit mencuri ilmu Bapak, seperti baru bisa mempermak baju dan membuat
rok saja.
Mama saya
bernama Tjasminah, beliau berusia 60 tahun. Mama hanya lulusan SMP, dulu pernah
menjadi buruh cuci baju, menawarkan jasa cuci baju ke tetangga-tetangga. Tapi
tidak berlangsung lama, akhirnya Mama lebih mencintai pekerjaan berdagang
makanan, seperti nasi kuning, gorengan (bakwan, keripik tempe, tahu isi, pisang
goreng, risoles, taraju), es mambo, snack, dll. Mama menjual dagangannya mulai
dari keliling kompleks, menyewa kantin di sekolah SMK, hingga menyewa sepetak
kantin di kampus saya sendiri, Universitas Tadulako Palu. Sejak saya duduk di
bangku SD hingga SMA (1995-2005), saya membantu Mama menjualkan dagangannya ke
sekolah. Teman saya sangat doyan gorengan, nasi kuning dan es mambo yang saya
jual. Jika saya datang ke sekolah setengah 7 pagi, maka jam 7 pagi sebelum bel
berbunyi, gorengan tersebut sudah habis semua, Alhamdulillah. Saya juga selalu
menjual gorengan (ta’jil) bersama adik saya keliling kompleks rumah di saat
bulan Ramadhan. Hasilnya saya sengaja tabung dan tidak saya berikan ke Mama,
karena kami sepakat, jika saya membutuhkan beli alat tulis, buku dan bayar BP3
atau iuran sekolah, saya langsung menggunakan uang tabungan tersebut tanpa
meminta lagi ke Mama atau Bapak. Saya juga menggunakan hasil tabungan tersebut
buat kursus bahasa Inggris di lembaga kursus saat duduk di bangku SMP, dan
ilmunya sampai sekarang yang saya gunakan untuk S2. Ilmunya berasa banget
manfaatnya sekarang, berkat ilmu dasar bahasa Inggris yang saya pelajari sejak
SMP tersebut, saya bisa lolos tes bahasa Inggris saat tes penerimaan mahasiswa
S2 di UPI dan juga bisa menggunakan buku-buku bacaan serba bahasa Inggris.
Sebab banyak teman saya yang tidak lolos tes untuk masuk di kampus ini, jika basic English-nya tidak terasah selama
ini.
Dengan begitu,
saya menyimpulkan dagangan dan gorengan Mama lah yang mengantarkan saya bisa
bersekolah hingga S2 kini. Perjuangan dan pengorbanan Mama tak akan pernah saya
lupakan sebagai seorang anak yang tak berdaya tanpanya. Mama juga yang memiliki
energi dan semangat besar meskipun selalu kurang tidur. Mama tidur tengah malam
dan bangun lebih awal untuk menggoreng dagangannya dan membuat nasi kuning.
Belum lagi capek keringetan untuk keliling menawarkan dagangannya sampai habis
tanpa mengenal lelah. Pulang dagang, kalau bahan-bahan dagangan habis, mama
juga saya bonceng naik motor menuju warung berjarak 2-3 km setiap sore
menjelang malam, untuk membeli bahan-bahan yang dibutuhkan. Begitu seterusnya,
berulang-ulang, tanpa mengeluh, tanpa menyerah, bahkan tanpa protes. Kami
anak-anaknya hanya bisa membantu sepulang sekolah saja, dan kalau saya besok
paginya ujian di sekolah, maka saya tidak sempat membantu Mama sampai larut
malam karena saya harus mempelajari bahan ujian.
Alhamdulillah, kini
saya tidak membuatnya repot selama saya berkuliah S2 di Pascasarjana UPI ini. Beasiswa
Unggulan Calon Dosen ini membantu saya selama ini membiayai iuran SPP, membayar
sewa kost-an selama di Bandung, dan
tentunya mendapatkan uang saku juga dari pemerintah. Sebagian dari beasiswa
juga kadang-kadang saya transferkan ke orangtua di Palu, alhamdulillah.
Next kita lanjut dengan topik keinginan
saya dan Mama untuk umroh ya. Keinginan umroh atau haji, selalu ada di hati
saya dan keluarga saya, terutama Mama saya. Keinginan saya ingin ibadah ke
tanah suci, sejak saya mempelajari ilmunya di bangku SMA, nah sejak itu pula
saya mendengarkan harapan Mama untuk ke tanah suci. Beliau berharap, jika nanti
anak-anaknya sudah bekerja dan sukses, kami anak-anaknya diharapkan nantinya
bisa membiayai kedua orangtua untuk ibadah umroh/haji, aamiin, insya Allah.
Arti hadiah
umroh ini bagi saya pribadi adalah hasil perjuangan saya yang ingin mencoba
menjadi anak berbakti kepada orangtua, hasil pengorbanan Mama sebagai Mama
Terhebat, dan kesempatan indah bagi saya dan Mama untuk betaubat, selalu bersyukur
dan mendekatkan diri kepadaNya, sang Pemberi Nikmat.
Alhamdulillah,
ajang #UmrohMustikaRatu #UmrohBarengIbu ini membuat hati saya dan Mama hanyut dalam penuh kesyukuran yang sempurna dan mewujudkan impian kami sejak
dahulu untuk beribadah ke Tanah Suci untuk pertama kalinya, insya Allah.
Ya Allah,
begitu kufur nikmat jika kami tak mengakui acara ini sangat bagus hehe. Subhanallah,
ajang Umroh Mustika Ratu, Umroh Bareng Ibu ini begitu sayang jika kemarin saya
lewatkan, begitu sayangnya jika Mama dan Bapak tidak mengindahkan permintaan
saya menghadiri acara Grand Final-nya
di Jakarta, begitu bersyukurnya saya menerima hadiah luar biasa ini.
Niat saya
begitu besar untuk membiayai atau memberangkatkan orangtua ke tanah suci, baik
itu umroh maupun haji. Karena ini adalah impian semua umat Muslim yang
mencintai Allah dan RosulNya, dan ingin melengkapi rukun Islam yang kelima.
Meskipun ibadah yang satu ini hanya diperuntukkan bagi yang mampu, bukan
berarti orang susah seperti saya tidak bisa berusaha keras mewujudkannya. Ya,
saat ini kalau soal biaya, memang saya tidak mampu, tapi tenaga dan otak saya
insya Allah mampu mewujudkannya. Contohnya seperti usaha saya mengikuti ajang
Umroh Mustika Ratu bareng Ibu ini, Alhamdulillah berkat izin Allah SWT, saya dimampukan
untuk umroh dan memberangkatkan umroh Mama saya. Semoga suatu hari bisa memberangkatkan
haji Mama dan Bapak saya juga, dengan hasil jerih payah saya sendiri misalnya
dengan penghasilan saya nanti sebagai guru atau dosen, aamiin ya Allah.
Neng Yuli, Mama, Bersama Teh Tya ^_^ |
Bersama Rizka Bersama Ibunya, Mba Veve dan Bunda Salah Satu Finalis |
Beberapa Finalis bersama Branch Manager Mustika Ratu, Ibu Retno Pratiwi (Paling Kanan) |
Ibu Presdir Mustika Ratu, Putri K. Wardani, Memberikan Sambutan di Acara Grand Final |
Ibu Putri, Cantik dan Awet Muda ya ^_^ :* Lope Lope deh |
Seruuuu Nemu Keluarga Baru :* |
Keluarga Besar Mustika Ratu, DreamCoID, dan 30 Finalis Umroh Mustika Ratu Bareng Ibu 2017 |
Terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Yang Terhormat Keluarga Besar Mustika Ratu dan Tim
Dream.co.id, Ibu Putri K. Wardani selaku Presdir Mustika Ratu, Ibu Retno Pratiwi
selaku Branch Manager Utama Mustika Ratu, Mba Thalita dari Mustika Ratu, Pak
ismoko, Mba Popo dan Mba Ulfa dari Dream.co.id, Mba Veve selaku MC yang
meriahkan suasana acara, yang telah mewujudkan impian saya bersama Mama. Mohon
doanya agar umroh kami nanti di tanggal 19 April 2017 insya Allah mabrur, makin
istiqomah dalam beribadah, selalu tawaddu
dan low profile, diberikan kesehatan
lahir dan batin, diberikan umur yang panjang, dilancarkan dan dikhusyukan
ibadah kami dan bisa kembali ke tanah air dengan selamat, aamiin aamiin aamiin ya Robbal alaamiiin.
Sekian dan Terima Kasih, Wassalamualaikum Wr. Wb.
Ditulis di
Bandung, 30 Januari 2017
Diedit di
Depok, 7 Maret 2017
Yuliana Sari, S.Pd.,
Comments
Post a Comment
Boleh Tinggalkan Komentar, Boleh Juga Ngajak Ketemuan :D